Tak bisa dimungkiri, dunia sedang bergerak cepat. Bank Dunia memprediksi ekonomi global akan stabil di angka 2,6% pada 2024, tapi ancaman di sektor lain tetap mengintai. BNPT dan Kementerian Komunikasi dan Digital bahkan telah memblokir lebih dari 180.000 konten ekstremisme sepanjang tahun lalu. Di sisi lain, kemandirian finansial menjadi tantangan besar, terutama bagi NGO dan lembaga riset seperti CSRC. Penutupan USAID semakin mempersempit akses dana bagi inisiatif pembangunan sosial dan penguatan kelembagaan. Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah semakin memperumit kondisi ini, membuat banyak lembaga independen harus mencari cara baru untuk bertahan dan berkembang. Tanpa pendanaan yang stabil, banyak program riset dan advokasi berisiko terhenti, mengancam peran NGO sebagai pilar demokrasi dan pusat kajian strategis.
Di tengah situasi ini, Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Rapat Kerja (Raker) 2025. Tema yang diusung: “Penguatan Kelembagaan, Resiliensi, dan Strategi Pengembangan Program CSRC di Tengah Krisis Nasional dan Global.” Bukan sekadar rapat tahunan, ini adalah forum strategis untuk merumuskan langkah ke depan.
Selama dua hari, 25-26 Februari 2025, Raker CSRC telah menjadi ajang bertukar gagasan dan menyusun langkah konkret. Raker dihadiri oleh Prof. Amsal Bakhtiar, MA (Ketua Dewan Penasehat CSRC), Dr. Chaider S. Bamualim, MA (Sekretaris Dewan Penasehat CSRC), Irfan Abubakar, MA (Dewan Penasehat CSRC).
Pada kesempatan tersebut, Amsal Bakhtiar menyampaikan “Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada CSRC yang sampai hari ini masih sustainable dan resilien menghadapi kondisi global yang tidak stabil. Saya berharap CSRC tetap terus ada dan mendapatkan dukungan agar tetap memberikan kontribusi pada bidang penelitian dan publikasi ilmiah.”
Idris Hemay selaku Direktur menekankan “krisis saat ini serta perubahan kebijakan keuangan global dan nasional mempengaruhi eksistensi NGO dan pusat-pusat kajian di Indonesia, termasuk CSRC. Ia menyoroti bagaimana CSRC dapat mengatasi tantangan keuangan dan tumbuh menjadi lebih tangguh dengan beberapa strategi, diantaranya memperkuat kemitraan dengan lembaga nasional, kementerian, dan lembaga internasional.
Lebih lanjut, Irfan pentingnya platform digital sebagai game changer dengan memanfaatkan YouTube untuk monetisasi dan fundraising, meningkatkan visibilitas dan keterlibatan donor melalui Instagram dan website, serta menampilkan kisah sukses dan dampak penelitian. Ia juga mendorong pembuatan policy brief dan pembangunan kesadaran masyarakat, serta penguatan capacity building melalui kursus sertifikasi berbayar dan pelatihan staf dalam pembuatan proposal serta kolaborasi penelitian.
Sementara itu, Chaider S. Bamualim memberikan masukan “kita perlu melakukan strategi planning untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan dan evaluasi kelembagaan. Perbaiki SOP karyawan, standar gaji karyawan, keamanan karyawan, tata kelola keuangan, serta panduan pendanaan yang lebih jelas”, ujarnya.
Dalam menghadapi kebijakan efisiensi pemerintah dan krisis keuangan global, CSRC menyadari bahwa keberlanjutan dan ketahanan finansial menjadi kunci utama. Lembaga-lembaga riset dan NGO di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat pengetatan anggaran dan berkurangnya dukungan dana hibah. Oleh karena itu, strategi inovatif seperti diversifikasi sumber pendanaan, pemanfaatan teknologi digital, serta penguatan kemitraan dengan lembaga pemerintah dan swasta menjadi prioritas utama agar tetap relevan dan mampu berkontribusi dalam pengembangan riset dan kebijakan. Tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga berkembang dan memberi dampak nyata. Hasil dari Raker ini akan menjadi panduan utama dalam perjalanan setahun ke depan.
Di tengah ketidakpastian global, CSRC UIN Jakarta berkomitmen untuk terus berkembang sebagai pusat kajian yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan strategi yang tepat dan langkah konkret, lembaga ini diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi motor perubahan yang membawa dampak signifikan bagi masyarakat dan dunia akademik. (HS)