Khutbah Jumat: Keharusan Menuntut Ilmu di Era Misinformasi

blog

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

الحمد لله الذي كتب علينا الصيام

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له خالق العالم

و أشهد ان محمدا عبده ورسوله سيد الأنام

الهم فصل و سلم و بارك علي سيدنا وحبيبنا و شافعنا و مولانا محمد

و علي آله و أصحابه و من تبعه إلي يوم الدين. أما بعد!

و يا معاشر الصائمين، أوصيكم وإيايا نفسي بتقوي الله.

اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون.

و قال الله جل و علا في كتابه الكريم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم:

أقرأ بسم ربك الذي خلق. خلق الإنسان من علق. اقرأ و ربك الأكرم  الذي علم بالقلم. علم الإنسان ما لم يعلم.

و قال أيضا: قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون ( قرآن سورة الزمر: 9). صدق الله العظيم و صدق رسوله الكريم ونحن علي ذلك من الشاهدين و الشاكرين و الحمد لله رب العالمين.

 

Hadirin Jamaah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah

Topik Khutbah kali adalah:

“Keharusan Menuntut Ilmu di Era Misinformasi”

Jamaah Jum’at Rahimakumullah:

Mari kita merenungkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut survei global, di tahun 2022 saja, ada 3,96 milyar manusia di seluruh dunua menggunakan Medsos. Angka itu terus bertambah. Tahun 2024, di Indonesia terdapat 139 juta orang atau 68% penduduk dewasa yang menggunakan Medsos. Setiap hari, kita dibombardir dengan berita, video, dan pesan viral di platform Medsos, mulai dari Grup WA, IG, Facebook, hingga Youtube. Sayangnya, tidak semua informasi yang sampai ke kita adalah informasi yang sesuai kenyataan atau benar adanya. Tapi, malah banyak informasi yang justru menyesatkan, dan tidak sedikit yang sengaja direkayasa, seperti menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI), untuk meraup keuntungan cuan pribadi atau keuntungan bisnis kelompok tertentu.

Bagaimana masyarakat seperti kita menanggapi informasi di Medsos? Sebagian orang ada yang langsung bereaksi dengan amarah, atau ketakutan—tanpa terlebih dahulu memverifikasi informasi tersebut. Yang lain ada yang membagikan unggahan secara membabi buta, tanpa sadar dia telah menyebarkan misinformasi dan menyebabkan kepanikan yang seharusnya tidak perlu. Di pihak lain, ada orang-orang yang jatuh ke dalam perangkap ujaran kebencian. Mereka terpengaruh oleh narasi yang sengaja dibuat untuk memprovokasi dan memecah belah kita. Namun, ada juga yang bersikap bijak—ketika menemukan unggahan seperti itu, mereka tidak buru-buru bereaksi. Tapi, mereka berhenti sejenak, merenung, memverifikasi kebenarannya, lalu menanggapi dengan bijaksana.

Sekarang mari kita tanyakan pada diri kita, apakah saya termasuk kelompok yang mana? Apakah saya orang yang bereaksi secara emosional, ataukah saya orang yang mencari kebenaran sebelum menanggapi? Intinya, bagaimana cara kita menanggapi informasi di Medsos akan berdampak luas, baik positif maupun negatif. Berdampak positif, yaitu masyarakat makin saling percaya, makin kuat persatuan dan persaudaraan—atau sebaliknya berdampak negatif, akan sirna rasa percaya dalam masyarakat, akan terputus tali silaturrahmi, dan bahkan bisa terjadi perpecahan dan konflik sosial.

Jamaah Jumat Rahimakumullah!

Menanggapi informasi Medsos tanpa didasari pengetahuan berdampak serius. Misinformasi dapat menyebabkan konflik dalam keluarga, masyarakat, dan bahkan negara. Disinformasi, yaitu menyebarkan berita bohong dengan sengaja—dapat memicu kebencian dan kekerasan. Sementara ujaran kebencian, yaitu menghasut orang untuk membenci orang lain atau kelompok lain dapat meracuni hati, menciptakan perpecahan, dan sangatlah bertentangan dengan hakikat ajaran Islam. Nabi Muhammad Saw mengingatkan kita dalam sebuah Hadits:

كفي بالمرء إثما أن يحدث بكل ما سمع (حديث راه مسلم)
 

"Cukuplah bagi seseorang untuk dianggap pendusta jika ia menceritakan segala sesuatu yang didengarnya." (Muslim)

Mengapa kita dilarang menshare semua hal yang kita dengar ke masyarakat. Karena, biasanya kita tidak sempat mengecek dan menilai apakah semua cerita dan informasi yang kita dengar atau baca, benar adanya, atau jangan-jangan memuat hoax/berita bohong, atau bahkan mengandung fitnah belaka. Islam mengajarkan kita bahwa menyebarkan informasi palsu—bahkan sekalipun dengan tanpa sengaja—dapat mendatangkan Mudarat. Bayangkan jika kita menjadi penyebab seseorang kehilangan harkah dan martabatnya, kehilangan kepercayaan orang lain, atau bahkan keselamatannya karena postingan yang tidak terverifikasi yang kita bagikan. Maka Allah mengingatkan kita untuk selalu menverifikasi (Tabayyun), bila mendengar informasi yang berpotensi mengandung hoax atau fitnah.

قال تعالي:  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (الحجرات:6)

“Wahai orang-orang beriman, jika seorang fasiq datang kepadamu membawa berita, maka periksalah berita itu dengan cermat, agar engkau tidak mencelakan orang lain karena kelalaianmu, yang akhirnya kamu akan menyelesal sendiri atas apa yang kamu lakukan”

Jamaah Jumat Rahimakumullah!

Di  sinilah, pentingnya memiliki ilmu. Bagi orang-orang beriman, ilmu itu tidak hanya penting—tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawabnya di mata Allah dan di mata masyarakat.

Allah mengingatkan kepada kita tentang kedudukan ilmu:

قال تعالي في كتابه الكريم: هل يستوي الذين يعلمون و الذين لا يعلمون (الزمر:9)

"Apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?" (QS. Az-Zumar: 9)

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim—طلب العلم فريضة علي كل مسملم. Mengapa hal ini menjadi Faridhah dalam Islam? Karena Ilmu merupakan fondasi atau dasar pembentukan sikap manusia yang bijaksana, manjadi pelindung manusia dari tipu daya, dan menjadi jalan manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Sangking utamanya kedudukan ilmu, Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah membaca: Iqra'—"Bacalah!". Ini menjadi penanda betapa pentingnya menuntut ilmu karena dengan membaca kita memahami masalah, dan dengan membaca kita jadi lebih tahu dan berilmu dalam memecahkan masalah.

Orang yang berilmu tidak akan terjerumus dalam informasi yang salah. Orang yang berilmu akan selalu mempertanyakan informasi yang muncul sebelum meyakininya, berpikir sebelum bertindak, dan berbicara dengan cara yang bijaksana, bukan dengan sembarangan, atau asal ngomong. Dengan terus belajar dan meningkatkan ilmu, maka akan terbentuk pribadi yang berintegritas, yang jujur dan bertanggungjawab. Dengan semakin banyaknya jumlah orang yang jujur dan berintegritas, maka hablum minannas akan semakin kuat, dan Hablum minallahi akan semakin kokoh. Maka, akan terwujud harapan kita semua, yaitu kehidupan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur (Negara yang gemah ripah loh jiwani dan selalu mendapatkan pengampunan ilahi)

Jamaah Jumat Rahimakumullah!

Dalam momen ibadah Jumat yang penuh keberlahan ini, khatib mengajak diri khatib sendiri dan jamaah sekalian untuk meningkatkan komitmen dalam menuntut ilmu, bukan hanya Ulumuddin (ilmu agama), melaikan ilmu apapun yang berguna bagi kehidupan kita di dunia dan kemaslahatan kita di akhirat kelak. Marilah kita mengecek kebenaran informasi yang kita terima di Medsos sebelum membaginya ke orang lain, marilah kita berpikir walaupun sejenak sebelum bertindak merespon Medsos, dan marilah kita mendidik diri sendiri sebelum menyampaikan pendapat dan pikiran kita ke orang lain.

Ada tiga tips sederhana yang bisa khatib bagikan ke kita semua dalam merespon informasi di Media Sosial:

1. Sebelum kita meyakini kebenaran informasi dan membagikannya di media sosial, tanyakan: Apakah informasi itu benar? Apakah dia bermanfaat? Atau jangan-jangan malah membahayakan?

2. Mari kita membiasakan mengikuti sumber-sumber ilmu pengetahuan yang terpercaya—baik itu menyangkut Ulumuddin ataupun Ilmu-ilmu umum—untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap sebuah masalah.

3. Mari kita membiasakan mencari ilmu dan hikmah kebijaksanaan dengan banyak membaca, merenung, dan berdiskusi dengan orang-orang yang berilmu.

 

Semoga Allah membimbing kita untuk menjadi orang-orang yang berilmu, bijaksana, dan berintegritas. Semoga Allah melindungi kita semua dari kebodohan, tipu daya, dan perpecahan. Amin.

 

بارك الله في القرآن العظيم و نفعني و إياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم و قل ربي ارحم و أنت خير الراحمين.

 

Khutbah II

الحمد لله رب العالمين حمدا كثيرا كما أمر. أشهد أن لا إله إلا الله لا شريك له ارغاما لمن جحد به وكفر

و أشهد أن محمدا و رسوله سيد الخلائق و البشر. اللهم صل و سلم و بارك علي حبيبنا و مولانا محمدِ

وعلي آله و أصحابه و من تبعه إلي يوم الدين. أما بعد

عباد الله أيصيكم إيايا بتقوي الله و سارعوا إلي مغفرة رب العالمين. 

إن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه و ثني بملائكته المسبحة بقدسه و أيه بكم أيها المؤمنون من جنه و إنسه.

و قال الله تعالي قولا كريما: إن الله و ملائكته يصلون علي النبي ياأيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما.


اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلي آلِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى آلِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغفر لنا و لوالدين وارحمهم كما ربونا صغارا ولجميع ِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَات و يا قاضي الحاجات.

اللهم ربانا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا وترحمنا لنكننا من الخاسرين

ربنا هب لنا من أزواجنا و ذرياتنا كرة أعين و اجعلنا للمتقين إماما

اللهم بارك لنا في رمضان 3X

ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

ربنا آتنا من لدنك وحمة و هيئ لنا من أمرنا رشدا. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة و قنا عذاب النار.
 

عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و ايتاء ذي القربي و ينه عن الفهشاء والمنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم و اشكروا علي نعمه يزد كم و لذكر الله أكبر و الله يعلم ما تصنعون. أقيموا الصلاة.

Irfan Abubakar

 


 

Linkage